Sabtu, 06 Oktober 2012

BIOGRAFI HUSEN MUTAHAR DAN IDIK SULAIMAN


HUSEIN MUTAHAR

 Husein Mutahar (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 5 Agustus 1916 – meninggal di Jakarta, 9 Juni 2004 pada umur 87 tahun), atau lebih dikenal dengan nama H. Mutahar, adalah seorang komposer musik Indonesia, terutama untuk kategori lagu kebangsaan dan anak-anak. Lagu ciptaannya yang populer adalah himne Syukur (diperkenalkan Januari 1945) dan mars Hari Merdeka (1946). Karya terakhirnya, Dirgahayu Indonesiaku, menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia.
Ia mengenyam pendidikan setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada periode 1946-1947, setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS A-I (1938). Pada tahun 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Jogjakarta, kemudian menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Jogjakarta (1947). Selanjutnya, ia mendapat jabatan-jabatan yang meloncat-loncat antardepartemen. Puncak kariernya barangkali adalah sebagai Duta Besar RI di Tahta Suci (Vatikan) (1969-1973). Ia diketahui menguasai paling tidak enam bahasa secara aktif. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Penjabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).
Mutahar aktif dalam kegiatan kepanduan. Ia adalah salah seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia, gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis. Ia juga dikenal anti-komunis. Ketika seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Mutahar juga menjadi tokoh di dalamnya. Namanya juga terkait dalam mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia yang bertugas mengibarkan Bendera Pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.
Mutahar meninggal dunia di Jakarta pada usia hampir 88 tahun akibat sakit tua. Selama hidupnya ia tidak pernah menikah.
Diantara riwayat pekerjaan beliau adalah sebagai berikut:
1)      Guru Bahasa Belanda di SD Islam swasta di Pekalongan
2)      Wartawan berita kota dari Surat Kabar berbahasa Belanda “Het Noorden” di Semarang tahun 1938,
3)      Klerk di Cosultatie Bureau der Afdeling Nijverheid voor Noord Midden Java, Departement Ekonomische Zaken, 1939-1942
4)      Sekretaris Keizai Bucho (Kepala Bagian Ekonomi) Kantor Gubernur Jawa Tengah, 1943.

5)      Pegawai Rikuyu Sokyoku (Jawatan Kereta Api Jawa Tengah Utara) di Semarang, 1943-1948.
6)      Sekretaris Panglima Angkatan Laut Republik Indonesia, 1945-1946
7)       Ajudan III, kemudian Ajudan II Presiden Republik Indonesia 1946-1948.
8)       Pegawai Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 1969 – 1979.
9)      Diperbantukan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka (Dirjen Udaka) Departemen P&K, 1966-1968.
10)  Diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia pada Tahta Suci di Vatikan, 1969-1973.
11)  Direktur Protokol Departemen Luar Negeri merangkap Protokol Negara, 1973-1974
12.
12)  InspekturJenderal Departemen Luar Negeri dan selama 16 bulan, merangkap Direktur Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, merangkap Kepala Protokol Negara, 1974.
13)  Pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil, golongan IVe.

Sementara pengalaman berorganisasi beliau adalah sebagai berikut:
1)      Pemimpin Pandu dan Pembina Pramuka, 1934-196.
2)      Anggota Partai Politik, 1938 – 1942
3)      Kepala Sekolah Musik di Semarang, sebagai tempat penanaman, penyebaran, dan pengobaran semangat kebangsaan Indonesia, dan sebagai gerakan penyebaran semangat melawan Jepang dan kamuflase gerakan subversi melawan Jepang, 1942-1945
4)      Anggota AMKRI (Angkatan Muda Kereta Api Indonesia) di Semarang, 1945.
5)      Anggota BPRI (Badan Pemberontak Rakyat Indonesia) Jawa Tengah, 1945.
6)      Anggota redaksi majalah ‘Revolusi Pemuda’ 1945-1946.
7)      Gerilya, 1948-1949
8)      Ikut mendirikan dan bergerak sebagai pemimpin Pandu serta kemudian menjadi anggota Kwartir Besar Organisasi Persatuan dan Kesatuan Kepanduan Nasional Indonesia "Pandu Rakyat Indonesia", 28-12-1945 s.d. 20-5-1961
9)      Ikut mendirikan dan bergerak sebagai Pembina Pramuka, duduk sebagai anggota Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Andalan Nasional Urusan Latihan, 1961-1969
10)  Sekretaris Jenderal Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka, 1973 -1978, dan anggota biasa, 1978-2004.



IDIK SULAIMAN

Pria dengan penampilan yang tenang ini dilahirkan di Kuningan pada hari Kamis, 20 Juli 1933, dengan nama lengkap Idik Sulaeman Nataatmadja. Menghabiskan masa kecil di daerah kelahirannya, sampai tamat SMP di Purwakarta dan pindah ke Jakarta saat masuk SMA. Sejak kecil, jiwa senisudah terlihat dalam dirinya. Tak heran bila setamat SMA ia memilih senirupa sebagai pilihan profesinya dengan menamatkan pendidikan sebagai sarjana seni rupa di Departemen Ilmu Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 9April 1960. Menikah dengan Aisah Martalogawa pada 29 Oktober 1961, Idikdikaruniai tiga anak, yakni Ir. ars Isandra Matin Ahmad (yang beristrikanIr.ars Retno Audite), Isantia Dita Asiah (yang bersuamikan Drs. Mohammad Imam Hidayat), dan Dra Isanilda Dea Latifah (yang bersuamikan Ari RezaIskandar). Dari ketiganya, ia kini memiliki enam orang cucu, masing-masing 3cucu laki-laki dan 3 cucu perempuan.

Idik Sulaeman memulai karirnya di Balai Penelitian Tekstil dan bekerja disana pada 1960-1964. Pada 1 Februari 1965 ia diangat menjadi Kepala Biro Menteri Perindustrian dan Kerajinan yang saat itu dijabat Mayjen TNI dr.Azis Saleh. Ternyata dunia seni dan tekstil harus mulai ditinggalkan nyaketika 1 Desember 1967 Idik pindah kerja ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), mula-mula sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan.Saat inilah, ia banyak membantu Husein Mutahar dalam mewujudkan gagasannya membentuk Paskibraka. Pada 30 Juni 1975, ia diangkat menjadi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pembinaan Kegiatan di Direktorat Pembinaan Generasi Muda (Ditbinmud). Dan pada 9 Maret 1977, ia mencapai posisi puncak di Ditbinmud setelah ditunjuk sebagai Pelaksana Harian Direktur Pembinaan Generasi Muda, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga (Ditjen PLSOR). Tiga tahun penuh ia benar-benar menjadi "komandan" dalamlatihan Paskibraka, yakni Paskibraka 1977, 1978 dan 1979. Pada 24 November 1979, Idik ditarik ke Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) danmenjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan sampai 15 November 1983. Selama empat tahun itu, dengan latar belakang pendidikan seni rupa dan pengalaman kerjadi bidang tekstil, Idik mencatat sejarah dalam penciptaan seragam sekolahyang kita kenal sampai sekarang: SD putih-merah, SMP putih-biru dan SMA putih-abu-abu, lengkap dengan lambang sekolah dasar (SD) dan OSIS yang kini selalu melekat di saku kiri seragam sekolah. Ia juga membantu Mutahar dalam membentuk dan melatih kelompok pengibar bendera di sekolah-sekolah, serta mengatur dan menggerakkan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan Ikatan Keluarga OSIS (IKOSIS).
Bakat seni rupa dan pengetahuan tentang tekstil itu jugalah yang membuat Idik menciptakan sendiri seluruh atribut yang ada di Paskibraka, termasukrancangan seragamnya sendiri dan lambang-lambangnya pada tahun 1973. Atribut itu antara lain lambang korps Paskibraka, lambang anggota dan kendit serta lencana Merah-Putih- Garuda (MPG) sebagai tanda telah mengikuti latihan "Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila" . Dunia pendidikan terus menjadi bidang karir Idik setelah tidak lagi menjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan. Tahun 1985, ia menjadi tenaga pengajar pada Jurusan Seni Rupa di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti Jakarta. Di sana, ia juga ikut aktif membina Pramuka dan mahasiswa sampai akhirnya diangkat menjadipembantu Rektor III Urusan Kemahasiswaan mulai 10 Oktober 1989 sampai 2 Januari 1995. Di perguruan tinggi terkemuka di Jakarta itu, Idik masih mengajar sampai usianya 70 tahun (Juli 2003). Kiprah Idik dalam dunia pendidikan selaku pegawai negeri sipil baru berakhir pada tahun 1998 setelahia memasuki masa pensiun dengan pangkat terakhir Pembina Utama Madya, golongan IV/d. Selama karirnya itu, ia sempat menyelesaikan Kursus Reguler Angkatan XII (KRA-XII) Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) di DepartemenHankam pada 3 Desember 1979.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar